Oleh: Adi ST.
Intelektual muslim abad ke-14 Masehi Ibnu Khaldun dalam kitabnya “Muqaddimah Ibnu Khaldun” merinci
beberapa karakteristik bangsa Arab dalam kaitannya dengan kekuasaan sebagai berikut:
1.
Hidupnya
liar, tidak memiliki tempat menetap atau negeri untuk berlindung. Dengan
demikian, luas wilayah atau negeri mereka menjadi “tidak terbatas”. Karena itu,
jika mereka memiliki kekuasaan maka kekuasaan mereka bisa menjangkau negeri-negeri
yang jauh dari pusat pemerintahan mereka.
2.
Terbiasa
hidup dengan merampok dan menimbulkan huru hara. Daerah atau kabilah yang
mereka rampok adalah yang mudah mereka jangkau saja. Mereka tidak ingin
bersusah payah dalam merampok dan cenderung menghindari kesulitan atau bahaya.
Bagi daerah atau kabilah yang terlindungi oleh gunung-gunung terjal maka akan
aman dari perampokan mereka.
3.
Tidak membutuhkan
orang lain sehingga tidak mau tunduk kepada orang lain. Tidak sadar hukum dan
aturan. Tujuan berbagai aktivitas keseharian mereka adalah kejantanan dan
menguasai. Ambisi yang tertanam dalam diri mereka hanyalah mengambil harta
orang lain, baik dengan merampok atau menjatuhkan denda. Karakter-karakter itu
semua berkontradiksi dengan peradaban, sehingga membawa konsekuensi daerah yang
dikuasai bangsa Arab akan segera rusak.
4.
Saling
berkompetisi dalam hal kepemimpinan. Hanya sedikit di antara mereka yang bersedia
menyerahkan kepemimpinan kepada selain mereka, meskipun kepada orang tua,
saudara atau keluarga besarnya sendiri. Kecuali karena terpaksa atau karena
malu. Dengan demikian, bisa muncul beberapa pemimpin yang mengeluarkan
kebijakan berbeda-beda kepada rakyatnya. Keadaan ini akan menyebabkan
kehancuran dan keruntuhan peradaban.
5.
Apabila di
antara mereka terdapat nabi atau wali yang diutus kepada mereka untuk menyampaikan
syariat Allah swt., barulah sifat-sifat tercela mereka akan hilang. Muncullah
etika terpuji sebagai gantinya. Visi misi mereka pun mudah disatukan untuk
mencapai kemenangan dan kekuasaan.
6.
Melihat
karakter dasar bangsa Arab yang seperti itu, pantaslah Rustum, Panglima pasukan
Romawi, ketika menyaksikan kaum muslimin mendirikan sholat berjamaah berkata, “Umar
telah memakan hatiku. Dia mengajarkan kesopanan kepada (maaf) anjing.”
Referensi:
Mukaddimah Ibnu Khaldun. Cetakan kedua, Oktober
2012, Pustaka Al-Kautsar, Jakarta.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar